{:en}The Potential of Srikaya Leaves as a Therapeutic Breakthrough Against Dengue Virus{:}{:id}Potensi Daun Srikaya sebagai Terobosan Terapi Melawan Virus DBD{:}

{:en}

Dengue fever (DHF) is a viral infectious disease transmitted by mosquitoes in subtropical and tropical areas. About 350 million cases are reported globally and more than 2.5 billion people are at high risk. Indonesia is a tropical country and home to the dengue virus vector mosquitoes (DENV), Aedes aegypti, and Aedes albopictus. This infection is caused by four DENV serotypes (DENV-1 to DENV-4) belonging to the Flaviviridae family. Until now, there is no effective antiviral for dengue disease. However, vaccination has now been tested in many endemic countries including Indonesia and has not yet produced a suitable solution. On the other hand, Indonesia is a large country in Southeast Asia and has the highest diversity of plants in the world. There are more than 5,000 medicinal plants available around us. Consequently, medicinal plants are used by residents to cure various diseases. Medicinal plants for antiviral compounds were found, such as Amaryllidaceae, Annonaceae, Euphorbiaceae, and many other plants.

However, there is no effective antiviral or vaccine available for dengue. Currently, the use of traditional herbal medicine to treat various diseases is increasing globally. Medicinal plants are a potential source for the development of new antiviral drugs. Plants produce variants of chemical composition that have the potential to prevent viral replication and allow resources to control viral infections. Plants have been described as having antiviral activity in humans and animals. In addition, members of the family Annonaceae, Zingiberaceae, Cucurbitaceae, Fabaceae, Myrtaceae, Caricaceae, Meliaceae, Poaceae, Acanthaceae, Euphorbiaceae, Halymeniaceae, Piperaceae, and many other families have been reported as antiviral against dengue. Srikaya leaves contain several active ingredients such as phytosterols, flavonoids, alkaloids, saponins, glycosides, phenolic compounds, and tannins which have therapeutic properties such as anticancer, antioxidant, antidiabetic, antimicrobial, antiviral, anti-inflammatory, and antimelanogenic. However, there are no reports of srikaya leaves having antiviral effects against DENV. Therefore, our research aims to investigate the effectiveness of srikaya leaves against DENV-2 isolated from Surabaya, Indonesia in 2013.

Interestingly, in our study using the DENV-2 isolate (NCBI: KT012513), it was obtained from a previous study conducted by the Dengue team of the Institute of Tropical Diseases, Airlangga University. Furthermore, DENV-2 has a higher disease severity ratio than other serotypes (DENV-1, DENV-3, and DENV-4) in Brazil. Recently, secondary infection with DENV-2, DENV-3, and DENV-4 increases the risk of severe dengue infection in Southeast Asia. A study also states that in vitro proliferation of DENV-2 has been standardized. In addition, we made molecular phylogenetic modeling and tree visualization by applying Molecular Evolutionary Genetics Analysis X (MEGA X) software to the maximum likelihood method based on the envelope glycoprotein genes from Indonesia and other countries. Phylogenetic trees were validated by analyzing the Tamura-Nei model. We found that srikaya leaves inhibited DENV-2 in Vero cells with IC50: 73.78 μg / mL, CC50: 331.54 μg / mL, and SI: 4.49. Furthermore, we tested srikaya leaves at various concentrations and we observed that low srikaya leaves showed a cytotoxic effect at all concentrations evaluated (viability> 50%). In this study, various extract concentrations were used, namely 200, 100, 50, 25, 12.5, and 6.25 μg / mL. srikaya leaves showed decreased DENV-2 replication, at the lowest concentration (6.25 µg / mL) showed anti-DENV-2 activity. Our findings suggest that srikaya leaves exhibit consequential antiviral action against DENV-2 in Vero cells. In addition, this study suggests that the main antiviral activity of srikaya leaves is possible as a result of its action on the intracellular virus replication stage replacing the initial stages of its replication sequence such as virus entry. Nevertheless, a complete framework of activity must be found for anti-DENV treatment. Further investigations may apply a suitable model, for example cultured human cells.

Previously, it was revealed that the cytotoxic effect of srikaya leaf chitosan-based nanoparticles against cervical cancer cells (HeLa) with an IC50 value of 344.48 μg / mL. Although there have been many studies on the biological effects of srikaya leaves, only two reports have shown an antiviral effect against HIV and avian influenza viruses. The extract inhibition mechanism is carried out by disrupting adherence and reducing viral replication. These flavonoids are thought to have a mechanism to interfere with viral replication by inhibiting an enzyme in the virus which results in the synthesis of viral RNA blockade. This research helps form new antiviral discoveries from bioactive compositions which are indispensable to produce antiviral drugs with better efficacy and non-toxicity.

Authors: Teguh Hari Sucipto, Arif Nur Muhammad Ansori, et al.

Source: news.unair.ac.id
 

{:}{:id}Penyakit demam berdarah (DBD) adalah penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui nyamuk di daerah subtropis dan tropis. Sekitar 350 juta kasus dilaporkan secara global dan lebih dari 2,5 miliar orang berisiko tinggi. Indonesia merupakan negara tropis dan rumah bagi nyamuk vektor jenis virus dengue (DENV), Aedes aegypti, dan Aedes albopictus. Infeksi ini disebabkan oleh empat serotipe DENV (DENV-1 hingga DENV-4) yang termasuk dalam famili Flaviviridae. Sampai saat ini, belum ada antivirus yang efektif untuk penyakit dengue. Namun, vaksinasi kini telah diujicobakan di banyak negara endemik termasuk Indonesia dan masih belum menghasilkan sebuah solusi yang tepat. Di sisi lain, Indonesia merupakan negara besar di Asia Tenggara dan memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi di dunia. Ada lebih dari 5.000 tanaman obat yang tersedia di sekitar kita. Konsekuensinya, tanaman obat dimanfaatkan oleh penduduknya dalam menyembuhkan berbagai penyakit. Ditemukan tanaman obat untuk senyawa antivirus, seperti Amaryllidaceae, Annonaceae, Euphorbiaceae, dan banyak tanaman lainnya.

Namun, tidak ada antivirus atau vaksin yang efektif tersedia untuk penyakit DBD. Saat ini, penggunaan jamu tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit semakin meningkat secara global. Tanaman obat merupakan sumber potensial untuk pengembangan obat antivirus baru. Tanaman menghasilkan varian komposisi kimia yang berpotensi mencegah replikasi virus dan sumber daya yang memungkinkan untuk mengendalikan infeksi virus. Tumbuhan telah dijelaskan memiliki aktivitas antivirus pada manusia dan hewan. Selain itu, anggota famili Annonaceae, Zingiberaceae, Cucurbitaceae, Fabaceae, Myrtaceae, Caricaceae, Meliaceae, Poaceae, Acanthaceae, Euphorbiaceae, Halymeniaceae, Piperaceae, dan banyak famili lainnya telah dilaporkan sebagai antivirus dengue. Daun srikaya mengandung beberapa bahan aktif seperti fitosterol, flavonoid, alkaloid, saponin, glikosida, senyawa fenolik, dan tanin yang memiliki sifat terapeutik seperti antikanker, antioksidan, antidiabetes, antimikroba, antivirus, anti inflamasi, dan antimelanogenik. Namun, tidak ada laporan tentang daun srikaya yang memiliki efek antivirus terhadap DENV. Oleh karena itu, riset kami memiliki tujuan untuk menyelidiki efektivitas daun srikaya terhadap DENV-2 yang diisolasi dari Surabaya, Indonesia pada tahun 2013.

Menariknya, dalam penelitian kami yang menggunakan isolat DENV-2 (NCBI: KT012513), diperoleh dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh tim Dengue Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga. Lebih lanjut, DENV-2 memiliki rasio keparahan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan serotipe lain (DENV-1, DENV-3, dan DENV-4) di Brazil. Baru-baru ini, infeksi sekunder DENV-2, DENV-3, dan DENV-4 meningkatkan risiko infeksi dengue yang berat di Asia Tenggara. Sebuah riset juga menyatakan bahwa proliferasi in vitro DENV-2 sudah terstandarisasi. Selain itu, kami membuat pemodelan filogenetik molekuler dan visualisasi pohon dengan menerapkan perangkat lunak Molecular Evolutionary Genetics Analysis X (MEGA X) ke metode kemungkinan maksimum berdasarkan gen envelope glikoprotein dari Indonesia dan negara lain. Pohon filogenetik divalidasi dengan melakukan analisis dengan model Tamura-Nei.

Kami menemukan bahwa bahwa daun srikaya menghambat DENV-2 dalam sel Vero dengan IC50: 73.78 μg/mL, CC50: 331.54 μg/mL, dan SI: 4.49. Selanjutnya, kami menguji daun srikaya pada berbagai konsentrasi dan kami mengamati bahwa daun srikaya yang rendah menunjukkan efek sitotoksik pada semua konsentrasi yang dievaluasi (viabilitas >50%). Dalam penelitian ini digunakan berbagai konsentrasi ekstrak, yaitu 200, 100, 50, 25, 12,5, dan 6,25 μg/mL. daun srikaya menunjukkan penurunan replikasi DENV-2, pada konsentrasi terendah (6,25 µg/mL) menunjukkan aktivitas anti-DENV-2. Temuan kami menunjukkan bahwa daun srikaya menunjukkan tindakan antivirus konsekuensial terhadap DENV-2 dalam sel Vero. Selain itu, penelitian ini menyarankan bahwa aktivitas antivirus utama daun srikaya dimungkinkan sebagai akibat dari aksinya terhadap tahap replikasi virus intraseluler menggantikan tahap awal urutan replikasinya seperti masuknya virus. Namun demikian, kerangka kerja yang lengkap dari aktivitas yang harus ditemukan untuk pengobatan anti-DENV. Penyelidikan lebih lanjut mungkin menerapkan model yang sesuai, misalnya sel manusia yang dikultur.

Sebelumnya telah diungkap efek sitotoksik nanopartikel berbasis kitosan daun srikaya terhadap sel kanker serviks (HeLa) dengan nilai IC50 sebesar 344,48 μg/mL. Meskipun ada banyak penelitian tentang efek biologis daun srikaya, hanya dua laporan yang menunjukkan efek antivirus terhadap HIV dan virus flu burung. Mekanisme penghambatan ekstrak dilakukan dengan cara mengganggu perlekatan dan mengurangi replikasi virus. Flavonoid tersebut diduga memiliki mekanisme mengganggu replikasi virus dengan melakukan penghambatan enzim pada virus yang mengakibatkan sintesis blokade RNA virus. Penelitian ini membantu pembentukan penemuan antivirus baru dari komposisi bioaktif yang sangat diperlukan untuk menghasilkan obat antivirus dengan efikasi lebih baik dan tidak toksik.

Penulis: Teguh Hari Sucipto, Arif Nur Muhammad Ansori, dkk.

sumber : news.unair.ac.id{:}

Leave a Reply